300 Tael perak
Oleh Rina Ruslaini
Dahulu kala, di daratan Cina tinggalah Kakek dan Nenek Chen. Mereka
tidak mempunyai anak. Hidup mereka sehari-hari hanya mencari kayu bakar
di hutan. Kayu itu nantinya dijual Kakek Chen ke kota.
Pada suatu pagi, Kakek dan Nenek Chen bersiap-siap berangkat ke hutan.
Nenek tak lupa membawa bekal untuk makan siang mereka di hutan. Ketika
sudah tiba di hutan, mereka melihat anak burung merpati putih menggelepar di
tanah. Rupanya anak burung itu terjatuh dari pohon.
"Aduh, kasihan sekali anak burung ini," kata Nenek sambil mengangkat
merpati itu. Ia meletakkan anak burung itu di bakul makanan dengan
hati-hati. "Kita rawat saja ya Kek," ujar nenek, Kakek Chen mengangguk
setuju.
Sore harinya setiba di rumah, Nenek Chen merawat anak burung itu
dengan hati-hati. Nenek memberinya makanan dan meletakkannya di atas
kain perca di dalam kardus.
Setelah beberapa minggu, akhirnya burung itu sembuh dan mulai
terbang di sekeliling rumah. Nenek amat gembira. "Lihat Kek, anak
burungnya sudah sehat! Dia pasti mampu terbang kembali ke hutan!"
Kakek Chen melihat sambil tersenyum. Lalu melanjutkan pekerjaannya
membelah kayu.
Setelah melihat anak burung itu terbang pergi, Nenek Chen kembali
ke kamar dan mulai merapikan kamar. Tiba-tiba ia melihat benda
berkilauan di balik seprai. Alangkah terkejutnya Nenek Chen saat melihat
tumpukan uang perak di atas kasur.
"Kek, Kakek, kemari Kek!" seru Nenek Chen. Tergopoh-gopoh
Kakek Chen masuk ke kamar. Ia sama terkejutnya dengan Nenek saat
melihat tumpukan uang itu. "Mari kita hitung jumlahnya, Nek," kata
Kakek. Ternyata jumlah uang itu banyak juga, tiga ratus tael."
Aduh Kek, uang ini dari mana ya? Kita apakan, ya? Nenek takut… kalau
dicuri bagaimana? Ujar nenek bingung. Kakek Chen berpikir keras.
"Ah, kita taruh di guci kecil, lalu kita kubur di halaman saja ya Nek,"
usul Kakek gembira. Nenek pun setuju.
Di saat hari mulai gelap, Kakek menggali di halaman. Ia mengubur
300 tael itu di sana. Dua hari kemudian, Nenek masih merasa gelisah. Ia
berkata, "Kek bagaimana kalau kita lupa dengan tempat penyimpanan
uang itu? Halaman kita begitu luas. Sekarang saja aku sudah bingung.
Apalagi bulan depan!"
"Iya, ya Nek. Apalagi kita sudah mulai pikun. Ah! Bagaimana kalau
tempat penyimpanan uang kita beri tanda agar kita tidak lupa?"
Nenek Chen setuju. Malam harinya, Kakek langsung melaksanakan
idenya itu. Keesokan paginya, Nenek terbangun karena suara-suara ribut
di luar. Tanpa membangunkan Kakek, ia segera beranjak ke luar. Betapa
terkejutnya Nenek saat melihat para tetangga sedang berkerumun di halaman
rumahnya. Mereka menunjuk-nunjuk palang yang ditancapkan Kakek tadi
malam. Di palang itu tertulis : TIDAK ADA UANG 300 TAEL DI SINI.
"Nek, Nenek menyimpan uang di sini ya?" tanya seorang tetangga begitu
melihat Nenek.
"Uhmmm", Nenek bingung. Tiba-tiba ia melihat anak burung merpati terbang
di sekeliling halamannya. Itu anak burung merpati yang pernah dirawatnya
dulu. Burung itu masuk ke dalam rumah, lalu berubah wujud menjadi seorang
peri cantik.
"Nenek yang baik, terima kasih karena kau telah merawatku sampai
sembuh. Uang itu aku berikan sebagai tanda terima kasihku padamu.
Tapi rupanya kalian tidak siap menerima pemberianku. Aku akan
mengambil kembali uang itu, " ujar peri lembut.
Saat itu juga, guci kecil berisi uang yang ditanam Kakek Chen muncul
di tangan peri itu. Palang yang tertancap di halaman juga lenyap. Para
tetangga kembali ke rumah masing-masing.
Nenek masih terpaku karena kaget dan bingung. Saat akan bicara,
tiba-tiba peri itu menghilang. Yang ada hanya asap putih dan cahaya
warna-warni dari pakaian sang peri.
Lama Nenek terdiam. Tiba-tiba ia melihat benda berkilauan di tempat
peri tadi berdiri. Nenek memungut. Ternyata benda yang berkilauan itu
adalah uang perak sebanyak 10 tael. Tiba-tiba terdengar sebuah suara,
"Aku tinggalkan uang itu, gunakanlah dengan baik."
Tak lama terdengar suara Kakek yang mengagetkan Nenek. "Ada
apa Nek? Kenapa wajahmu pucat sekali?"
Nenek Chen memperlihatkan uang 10 tael di telapak tangannya. Lalu
menceritakan peristiwa tadi. Kakek tersenyum sabar, "Kita jadi tidak repot
mencari tempat menyimpan uang, kan …"
(Dongeng dari Cina)
Sumber: Bobo, 28 Desember 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar