Jumat, 18 Januari 2013

Pak Tua Pemungut Sampah

Pak Tua Pemungut Sampah
Oleh: Kanianingsih
Setelah mencium tangan Bunda dan
mengucap salam, Ra berlari keluar rumah.
Teman-temannya sudah menunggu di
halaman depan, ada Fathia, Tary, dan Rita.
Mereka akan pergi ke sekolah bersamasama.
Ra dan teman-temannya melambaikan
tangan pada Bunda yang
melepas kepergian mereka dengan
senyum di depan pintu.
Belum jauh melangkah, anak-anak itu
melihat seorang lelaki tua sedang
mengaduk-aduk bak sampah. Setiap hari,
Ra melihat orang itu mengambil sampah
lalu menaruhnya di gerobak dorong tanpa
merasa jijik. Sampah-sampah itu bau dan
busuk. Ada kulit pisang, sayuran busuk,
kertas pembungkus, botol pecah, dan lainlain.
Setiap hari Ra menutup hidung jika
bertemu Pak Tua itu.
"Aku jadi ingin muntah ...," bisik Rita.
"Eh, bukankah itu sampah-sampah
bekas dari rumah kita juga?" bela Tary.
"Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu
harusnya berhenti dulu supaya baunya
tidak menyengat," kata Fathia.
"Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat
gerobak sampahnya! Supaya tidak kena
baunya," usul Ra.
"Yuk!" Keempat gadis itu berlari
sambil tertawa-tawa.
***
"Bunda, sampah di depan rumah bau
sekali," ujar Ra seraya menghampiri Bunda
yang sedang menggoreng nasi untuk
sarapan. Ra masih menggenggam sapu.
Karena hari ini hari Minggu, dia membantu
Bunda menyapu lantai.
"Iya, sudah beberapa hari sampah
tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti
Ra antar Bunda menjenguk beliau ya?" kata
Bunda. Ra sebenarnya tidak mengerti apa
yang dikatakan Bunda. Tapi melihat Bunda
sedang repot, Ra tidak bertanya lagi dan
melanjutkan pekerjaannya.
(Sumber: Majalah Ummi, No.2 / XVI / 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar